Minggu, 08 Mei 2016

    KONON SALAH SATU TERTUA, KLENTENG HIAN THIAN SIANG TEE (KLENTENG WELAHAN)

                       Warna merah yang mencolok mata, bentuk bangunan setengah lingkaran  menyerupai rumah adat minangkabau dan di dalam ruangan terapat lilin serta memiliki relief naga adalah beberapa ciri khas klenteng pada umumnya. Hal ini juga terdapat pada Klenteng Hian Thiang Siang Tee atau yang sering disebut oleh warga sekitar dengan nama Klenteng Welahan, karena terdapat di Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. Kurang lebih berjarak 24 km kearah selatan dari Kota Jepara Klenteng Welahan ini berdiri. Berdekatan dengan Kabupaten Demak dan berada dipusat perekonomian, yaitu daerah Pecinan Welahan samping Pasar Welahan.
                Tidak semegah Klenteng Sam Poo Kong dengan altar yang besar, ramai dikunjungi wisatawan, dan tersohor di Indonesia, Klenteng Welahan yang hanya seperempat bagian dari luas Klenteng Sam Poo Kong ini didirikan sekitar tahun 1600-an. Sejarah Klenteng Welahan dimulai pada tahun 1830 dimana Gubernuer Jendral Belanda yaitu Johanes Graaf Van Bosh berkuasa di Indonesia, datanglah seorang Tionghoa bernama Tan Siang Boe. Kepergian ke Indonesia bukan menacari kitab suci bagaikan Biksu Tong dalam perjalanannya bersama Kera Sakti tapi untuk mencari kakaknya yang bernama Tan Siang Djie. Sewaktu berangkat dari Tiongkok bersama satu perahu dengan seorang Tasugagu (pendeta) dimana Tasu tersebut telah bersemedi di pertapaan dari paduka Kaisar Hian Thian Siang Tee. Tasu tersebut mengalami jatuh sakit, dengan rasa kesetiakawanan Tan Siang Boe menolong dengan beberapa ramuan yang dibawanya.
                Sang Tasu mendarat di Singapura, sebelum kepergiannya untuk mengucapkan terimakasih kepada Tan Siang Boe atas pertolongannya, Tasu tersebut memberikan benda-benda kuno yaitu sehelai Sien Tjang “kertas halus” bergambar Paduka atau Kaisar Hian Thian Siang Tee, Sebilah Po Kiam “pedang Tiongkok”, satu Hio Lauw “tempat abu” dan satu jilid Tjioe Hwat “buku pengobatan dan buku ramalan”. Setelah sesampainya di Jepara tepatnya di Welahan di rumah Liem Tjoe Tien tempat tinggal Tan Siang Djie, Tan Siang Boe bertemu dengan saudaranya. Benda-benda tersebut selanjutnya disimpan diatas loteng rumah dan rumah itu sampai sekarang dipergunakan untuk tempat menyimpan pusaka kuno “Klenteng” sebagai tempat pemujaan dan dihormati oleh setiap orang Tionghoa yang mempercayainya.
    Berdirinya Klenteng welahan ini terdiri dari dua lokasi yaitu disebelah utara merupakan tempat bersemayam  Dewa Langit (Hian Thian Siang Tee) dan di sebelah selatan bersemayam Dewa Bumi. Klenteng yang memiliki hiasan dua ekor naga dan dua ekor ikan (patung) diatapnya sebagai simbol kemakmuran ini memiliki arca berbentuk kilin dan pada pintu dihiasi dua orang jendral. Didalam ruangan Klenteng dapat dilihat oranamen bunga, Burung Hong dan Kilin. Klenteng juga memiliki ruang depan dengan pembakar uang kertas berbentuk Pagoda. Altar utama berada diruang utama, Lampu dan lilin terus menyala dan tiang pengapit altar berhias ular naga sedang memuntahkan mutiara kedalam altar.
    Klenteng yang berdiri ditengah pemukiman mayoritas beragama Islam ini tidak memiliki acara khusus, selain pergantian lilin yang sudah memeleh menjadi habis. Tak seperti Klenteng lain yang berlomba-lomba bersolek memperantik diri pada perayaan Imlek atau tahun baru masyarkat Tionghoa, tetap seperti biasa saat Imlek tiba kegiatannya hanya bersembahyang yang memang kegiatan sehari-hari dilakukan dan tidak lupa untuk mengganti lilin yang sudah habis. Tetapi terdapat satu hari dimana klenteng ini akan sangat sibuk dan dipadati masyarakat etnis Tionghoa maupun masyarakat setempat. “Mereka ada yang datang sendirian naik motor, namun banyak pula yang datang dengan mobil membawa rombongan keluarga mereka. Selain dari Jepara, Kudus, Semarang mereka juga datang dari kota-kota diseluruh pulau Jawa bahkan ada juga yang datang dari luar Jawa” ujar Suwoto (41) pengurus Klenteng. Hari yang sibuk tersebut berada pada tanggal 3 bulan ketiga kalender China sebagai hari ulang tahun Klenteng Welahan untuk menghormati Hian Thian Siang Tee yang dianggap dewa penguasa cuaca. Perayaan itu masyarakat setempat lebih sering menyebutnya dengan nama Cengbeng.
    Toleransi beragama yang ada dimasyarakat sangat tinggi dengan diperlihatkan oleh masyarakat setempat tanpa adanya gangguan dalam perayaan Cengbeng ini. Mayoritas masyarakat pribumi menikmati pertunjukan yang ada dan dijadikan sebuah hiburan adat. Cengbeng memang terjadi sangat meriah tetapi juga sakral, karena adanya kirab barongsai, tarian naga, ondel-ondel dan reog. Dibilang sakral karena dalam perayaan Cengbeng juga adanya kirab dewa-dewa dengan ditandu mengelilingi daerah sekitar dengan diiringi musik khas Thionghoa. Ini dilakukan agar daerah sekitar Klenteng diberi keberkahan dan kemakmuran. “Sebelum dikirab dewa-dewa kami letakkan ditempat peribadatan dan pengunjung yang melewatinya lalu bersembahyang, kemudian para dewa menerima sesaji,” ucap Suwoto.
    Saat perayaan HUT Klenteng selesai keadaannya kembali seperti sedia kala kembali, hilang sudah hiruk-piruk yang pernah terjadi. Suasana tidak diramaikan lagi oleh Klenteng melaikan dengan suara pedagang dan pembeli yang ada dipasar karena pasar Welahan berdampingan dengan Klenteng. Hal lain yang dilakukan oleh pengunjung yang datang ke Klenteng selain bersembahyang yaitu meminta ramuan obat untuk penyembuhan. Bukan hanya dari etnis Tionghoa saja melaikan masyarakat pribumi yang bergama Islam maupun Kristen juga ada yang berdatangan untuk meminta ramuan pengobatan. “Orang yang berdatangan kesini (Klenteng) tidak hanya bersembahyang saja namun ada juga meminta petunjuk, seperti beberapa waktu lalu petani semangka dari Bungo Demak datang kesini (Klenteng) mohon petunjuk untuk hari baik tanam semangka, beberapa waktu kemudian mereka datang lagi dan membawa semangka besar-besar yang katanya hasil panen mereka”, kata Suwoto dua puluh tahun lebih mengurus Klenteng Welahan. Keberadaan Klenteng juga digunakan untuk memohon jodoh, maju dalam usaha dan ramalan nasib.
                  Terdapat beberapa versi tentang sejarah Klenteng Hian Thian Siang Tee, tetapi dari semua versi mengacu kepada cerita Tan Siang Boe. Kepastian cerita Klenteng ini belum ada yang meneliti secara mendalam. Akan tetapi, keterangan satu-satunya pusaka Tiongkok pertama kali di Indonesia adalah yang dibawa oleh Tan Siang Boe yang tersimpan di Welahan. Ada perkataan bahwa Keberadaan Klenteng Welahan ini tertua di Indonesia karena alasan pusakanya dan ada juga yang beranggapan Klenteng ini tertua dikarenakan Klenteng Dewa langit pertama di Indonesia. Sebagai generasi selanjutnya diharapkan tetap menjaga dan merawat  keberadaan situs budaya yang ada tidak hanya untuk menikmatinya saja.

    Minggu, 27 November 2011

    pembelajaran


    Pembelajaran PAKEM II
    November 5, 2008 — Dadan Wahidin






    6 Votes
    Belajar itu menyenangkan. Tapi, siapa yang menjadi stakeholder dalam proses pembelajaran yang menyenangkan itu? Jawabannya adalah siswa. Siswa harus menjadi arsitek dalam proses belajar mereka sendiri. Kita semua setuju bahwa pembelajaran yang menyenangkan merupakan dambaan dari setiap peserta didik. Karena proses belajar yang menyenangkan bisa meningkatkan motivasi belajar yang tinggi bagi siswa guna menghasilkan produk belajar yang berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan proses belajar, faktor motivasi merupakan kunci utama. Seorang guru harus mengetahui secara pasti mengapa seorang siswa memiliki berbagai macam motif dalam belajar. Ada empat katagori yang perlu diketahui oleh seorang guru yang baik terkait dengan motivasi “mengapa siswa belajar”, yaitu (1) motivasi intrinsik (siswa belajar karena tertarik dengan tugas-tugas yang diberikan), (2) motivasi instrumental (siswa belajar karena akan menerima konsekuensi: reward atau punishment), (3) motivasi sosial (siswa belajar karena ide dan gagasannya ingin dihargai), dan (4) motivasi prestasi (siswa belajar karena ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa dia mampu melakukan tugas yang diberikan oleh gurunya).
    Dalam paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada ‘mempelajari cara belajar’ (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran. Sedangkan pendekatan, strategi dan metoda pembelajarannya adalah mengacu pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai usaha belajar siswa dengan proses enquiry & discovery learning. Dengan pembelajaran konstruktivisme memungkinkan terjadinya pembelajaran berbasis masalah. Siswa sebagai stakeholder terlibat langsung dengan masalah, dan tertantang untuk belajar menyelesaikan berbagai masalah yang relevan dengan kehidupan mereka. Dengan skenario pembelajaran berbasis masalah ini siswa akan berusaha memberdayakan seluruh potensi akademik dan strategi yang mereka miliki untuk menyelesaikan masalah secara individu/kelompok. Prinsip pembelajaran konstruktivisme yang berorientasi pada masalah dan tantangan akan menghasilkan sikap mental profesional, yang disebut researchmindedness dalam pola pikir siswa, sehingga kegiatan pembelajaran selalu menantang dan menyenangkan.
    Mengapa Pakem.
    Pakem yang merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara).
    Pelaksanaan Pakem harus memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya. Dalam pendekatan pembelajaran Quantum (Quantum Learning) ada tiga macam modalitas siswa, yaitu modalitas visual, auditorial dan kinestetik. Dengan modalitas visual dimaksudkan bahwa kekuatan belajar siswa terletak pada indera ‘mata’ (membaca teks, grafik atau dengan melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial terletak pada indera ‘pendengaran’ (mendengar dan menyimak penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada ‘perabaan’ (seperti menunjuk, menyentuh atau melakukan). Jadi, dengan memahami kecenderungan potensi modalitas siswa tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang media, metoda/atau materi pembelajaran kontekstual yang relevan dengan kecenderungan potensi atau modalitas belajar siswa.
    Peranan Seorang Guru.
    Agar pelaksanaan Pakem berjalan sebagaimana diharapkan, John B. Biggs and Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of Learning”, 1987, edisi kedua, menyebutkan paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang guru yang baik dalam proses pembelajaran terhadap siswa:
    1. Memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang sesuai
    dengan kecenderungan bakat dan minat mereka,
    2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika mereka membutuhkan,
    3. Menghargai potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan entuisme terhadap ide serta gagasan mereka,
    4. Mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang yang diminati dan penghargaan atas prestasi mereka,
    5. Mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang untuk memberikan semangat pada pekerjaan lain berikutnya.
    6. Menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata.
    7. Memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas gaya belajar individu siswa,
    8. Mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri,
    9. Menyatakan kapada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra mereka dan perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.
    10. Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar siswa,
    11. Mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri dan diskaveri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna (meaningful learning) pada siswa.
    12. Memberikan tes/ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balik dan semangat/gairah pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih dalam.
    Selanjutnya bentuk-bentuk pertanyaan yang dapat menggugah terjadinya ”pembelajaran aktif,
    kreatif, efektif dan menyenangkan” (Pakem), bisa diterapkan antara lain dalam salah satu
    kegiatan belajar kelompok (studi kasus). Menurut Wassermen (1994), pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang dalam untuk sebuah solusi atau yang bersifat mengundang, bukan instruksi atau memerintah. Misalnya dengan menggunakan kata kerja : menggambarkan, membandingkan, menjelaskan, menguraikan atau dengan menggunakan kata-kata: apa, mengapa atau bagaimana dalam kalimat bertanya. Berikut adalah beberapa contoh bentuk pertanyaan yang bisa memberikan respon kreatif terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
    1. Jelaskan bagaimana situasi ini bisa ditangani secara berbeda ?
    2. Bandingkan situasi ini dengan situasi sekarang !
    3. Ceriterakan contoh yang sama dengan pengalaman Anda sendiri !
    Para siswa bisa juga diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang nampaknya sesuai dengan semua skenario. Contoh pertanyaan-pertanyaan berikut dapat memprovokasi siswa untuk berpikir tentang kasus yang dibahas.
    1. Apa yang Anda bayangkan sebagai kemungkinan dari akibat tindakan tersebut ?
    2. Dengan melihat kebelakang, bagaimana Anda menilai diri Anda sendiri ?
    3. Dengan mengatakan yang sesungguhnya, apa kesimpulan Anda tentang isu penting itu ?
    Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang diharapkan dalam pelaksanaan konsep
    Pakem jika peran para guru dalam berinteraksi dengan siswanya selalu memberikan motivasi,
    dan memfasilitasinya tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif,
    membantu dan mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui
    proses pembelajaran yang terencana. Perlu dicatat bahwa tugas dan tanggung jawab utama para
    guru dalam paradigma baru pendidikan ”bukan membuat siswa belajar” tetapi ”membuat
    siswa mau belajar”, dan juga ”bukan mengajarkan mata pelajaran” tetapi ”mengajarkan cara
    bagaimana mempelajari mata pelajaran ”. Prinsip pembelajaran yang perlu dilakukan: ”Jangan meminta siswa Anda hanya untuk mendengarkan, karena mereka akan lupa. Jangan membuat siswa Anda memperhatikan saja, karena mereka hanya bisa mengingat. Tetapi yakinkan siswa Anda untuk melakukannya, pasti mereka akan mengerti”.
    Penilaian Hasil Belajar.
    Sebuah pertanyaan untuk direnungkan. Apakah sebuah ”Penilaian Mendorong Pembelajaran ?” atau apakah ”pembelajaran itu untuk mempersiapkan sebuah tes ? ” atau apakah ’Pembelajaran dan Tes’ tersebut dilakukan guna mendapatkan pengakuan tentang kompetensi yang diperlukan siswa atau sekolah? Dalam pelaksanaan konsep Pakem, penilaian dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa, baik itu keberhasilan dalam proses maupun keberhasilan dalam lulusan (output). Keberhasilan proses dimaksudkan bahwa siswa berpartisipasi aktif, kreatif dan senang selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan lulusan (output) adalah siswa mampu menguasai sejumlah kompetensi dan standar kompetensi dari setiap Mata Pelajaran, yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Inilah yang disebut efektif dan menyenangkan. Jadi, penilaian harus dilakukan dan diakui secara komulatif. Penilaian harus mencakup paling sedikit tiga aspek : pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ini tentu saja melibatkan Professional Judgment dengan memperhatikan sifat obyektivitas dan keadilan. Untuk ini, pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan pendekatan penilaian alternatif yang paling representatif untuk menentukan keberhasilan pembelajaran Model Pakem.
    Media dan bahan ajar. ”Media dan Bahan Ajar” selalu menjasi penyebab ketidakberhasilan sebuah proses pembelajaran di sekolah. Sebuah harapan yang selalu menjadi wacana di antara para pendidik/guru kita dalam melaksanakan tugas mengajar mereka di sekolah adalah tidak tersedianya ’media pembelajaran dan bahan ajar’ yang cukup memadai. Jawaban para guru ini cukup masuk akal. Seakan ada korelasi antara ketersediaan ’media bahan ajar’ di sekolah dengan keberhasilan pembelajarn siswa. Kita juga sepakat bahwa salah satu penyebab ketidakberhasilan proses pemblajarn siswa di sekolah adalah kurangnya media dan bahan ajar. Kita yakin bahwa pihak manajemen sekolah sudah menyadarinya. Tetapi, sebuah alasan klasik selalu kita dengar bahwa ”sekolah tidak punya dana untuk itu”!.
    Dalam pembelajaran Model Pakem, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu mengaksesnya. Tanpa merendahkan sifat dan nilai multimedia elektronik, para guru dapat memilih dan merancang media pembelajaran alternatif dengan menggunakan berbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah di dapat, seperti bahan baku kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dan sebagainya, guna memotivasi dan merangsang proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
    Dalam kesempatan melakukan studi banding di Jerman, saya melihat bagaimana seorang guru fisika di sebuah Sekolah Kejuruan (Berlin) menggunakan alat peraga simulasi (Holikopter) yang dibuat dari kertas karton yang diapungkan didepan kelas dengan menggunakan sebuah blower untuk memudahkan para siswa dalam memahami prinsip-prinsip yang berkaitan dengan mata pelajaran fisika tersebut. Proses pembelajarannya mudah dipahami dan sangat menyenangkan. Media simulasi ini tidak dibeli sudah jadi, tetapi dirancang oleh seorang guru mata pelajaran fisika itu sendiri. Saya kira inilah yang disebut guru yang kreatif. Jadi, model ’pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan’, atau yang kita sebut dengan PAKEM itu tidak selalu mahal. Unsur kreatifitas itu bukan terletak pada produk/media yang sudah jadi, tetapi lebih pada pola fikir dan strategi yang digunakan secara tepat oleh seorang guru itu sendiri dalam merancang dan mengajarkan materi pelajarannya.
    Dalam merancang sebuah media pembelajaran, aspek yang paling penting untuk diperhatikan
    oleh seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar individu peserta didik, seperti
    disebutkan dalam pendekatan ’Quantum Learning’ dan Learning Style Inventory’. Media yang
    dirancang harus memiliki daya tarik tersendiri guna merangsang proses pembelajaran yang
    menyenangkan. Sementara ini media pembelajaran yang relatif cukup representatif digunakan
    adalah media elektronik (Computer – Based Learning). Selanjutnya skenario penyajian ’bahan
    ajar’ harus dengan sistem modular dengan mengacu pada pendekatan Bloom Taksonomi. Ini
    dimaksudkan agar terjadi proses pembelajaran yang terstruktur, dinamis dan fleksibel, tanpa
    harus selalu terikat dengan ruang kelas, waktu dan/atau guru. Perlu dicatat bahwa tujuan akhir mempelajari sebuah mata pelajaran adalah agar para siswa memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam Standar Kompetensi (baca Kurikulum Nasional). Untuk itu langkah/skenario penyajian pembelajarn dalam setiap topik/mata pelajaran harus dituliskan secara jelas dalam sebuah Modul. Dengan demikian diharapkan para siswa akan terlibat dalam proses pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dan bermakna (Meaningful Learning).
    Dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan strategi pembelajaran yang sangat baik dan cocok untuk situasi dan kondisi siswa. Strategi yang sangat cocok dan menarik peserta didik dalam pembelajaran sekarang ini dikenal dengan nama PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan)
    PAKEM adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengejakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
    A. ALASAN PENERAPAN PAKEM
    PAKEM diterapkan dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pembelajaran model konvensional dinilai menjemukan, kurang menarik bagi para peserta didik sehingga berakibat kurang optimalnya penguasaan
    materi bagi peserta didik.
    B. CIRI-CIRI / KARAKTERISTIK PAKEM
    Ciri-ciri/karakteristik PAKEM adalah:
    a. Pembelajarannya mengaktifkan peserta didik
    b. Mendorong kreativitas peserta didik &guru
    c. Pembelajarannya efektif
    d. Pembelajarannya menyenangkan utamanya bagi peserta didik
    C. PRINSIP PAKEM
    Prinsip PAKEM antara lain:
    1. Mengalami: peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional
    2. Komunikasi: kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta diidik
    3. Interaksi: kegiatan pembelajarannyaa memungkinkan terjadinya interaksi multi arah
    4. Refkesi: kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan
    D. JENIS PENILAIAN SESUAI DG PEMBELAJARAN MODEL PAKEM
    1. Penilaian yang sesuai dengan pembelajaran model Pakem adalah penilaian otentik yang merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
    2. Tujuan Penilaian otentik itu sendiri adalah untuk: (a) Menilai Kemampuan Individual melalui tugas tertentu; (b) Menentukan kebutuhan pembelajaran; (c) Membantu dan mendorong siswa; (d) Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik; (e) Menentukan strategi pembelajaran; (f) Akuntabilitas lembaga; dan (g) Meningkatkan kualitas pendidikan.
    3. Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementara itu, bentuk penilaian non tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap, cek lis, kuesioner, studi kasus, dan portofolio.
    4. Dalam pembelajaran, dengan pendekatan Pakem rangkaian penilaian ini seyogiayanya dilakukan oleh seorang guru. Hal ini disebabkan setiap jenis atau bentuk penilaian tersebut memiliki beberapa kelemahan selain keunggulan.
    E. TUJUAN PENILAIAN PEMBELAJARAN MODEL PAKEM
    1. Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu
    2. Menentukan kebutuhan pembelajaran
    3. Membantu dan mendorong siswa
    4. Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik
    5. Menentukan strategi pembelajaran
    6. Akuntabilitas lembaga
    7. Meningkatkan kualitas pendidikan
    F. MERANCANG DAN MELAKSANAKAN PENILAIAN PEMBELAJARAN MODEL PAKEM
    1. Merancang penilaian dilakukan bersamaan dengan merancang pembelajaran tersebut. Penilaian disesuaikan dengan pendekatan dan metode yang dilaksanakan dalam pembelajaran.
    2. Dalam pembelajaran dengan pendekatan model Pakem, penilaian dirancang sebagaimana dengan penilaian otentik. Artinya, selama pembelajaran itu berlangsung, guru selain sebagai fasilitator juga melakukan penilaian dengan berbagai alat yang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa.